Selasa, 13 April 2010

Tari Bondan


Tari Bondan berasal Jawa Tengah dan terbagi atas 3, yaitu :

1. Bondan Cindogo
2. Bondan Mardisiwi
3. Bondan Pegunungan/Tani

Tari Bondan merupakan bagian dari tari klasik yang merupakan tari gembira. Tarian ini mengungkapkan rasa kasih sayang seorang ibu kepada putranya yang baru lahir. Pada tarian Bondan Cindogo terselip kisah sedih dimana satu-satunya anak yang ditimang-timang tersebut akhirnya meninggal dunia, sedangkan pada Bondan Mardisiwi tidak.

Dalam tarian Bondan Pegunungan/Tani terlukis bagaimana seorang yang berasal dari pegunungan yang sedang menggarap sawah ladangnya.

Kostum yang dipakai oleh penari Bondan Cindogo dan Mardisiwi adalah kain yang diwiron, jamang, dan baju kotang, dengan menggendong boneka dan memanggul payung di pundak. Pada jaman dulu dilengkapi dengan kendi, sedangkan sekarang kebanyakan tidak. Untuk Bondan Pegunungan penarinya memakai pakaian lazimnya seorang gadis desa yang dilengkapi dengan topi caping, menggendong tenggok dan membawa alat pertanian.

Musik yang dipakai untuk mengiringi tarian ini adalah gending.


Tari Gambyong


Konon Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan (tledhek) yang bernama si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah. Tak heran, dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong.

Tarian ini adalah tari yang bersumber dari seni pertunjukan Tayub, umumnya digunakan sebagai tari pembuka pada pertunjukan tersebut, atau sebagai tari ucapan selemat datang pada pesta pernikahan.

Penyajian tari Gambbyong pada umumnya menggunakan gending Pangkur; karakteristiktariannya dinamis dan meriah, selain itu juga ada yang diiringi dengan gending Parianom; karakteristinya agung semarak dan anggung

Tarian Gamyong pada umumnya ditarikan dengan jumlah yang genap 2 dan kelipatannya

Durasi tarian ini sekitar 7 – 9 menit


Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing.

Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul.

Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu jumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.